Pages

Jumat, 23 September 2011

PENGARUH KUALITAS UDARA DALAM RUANGAN BER-AC TERHADAP GANGGUAN


 
PENDAHULUAN
Penggunaan  Air  Conditioner  (AC)  sebagai  alternatif  untuk mengganti   ventilasi   alami   dapat   meningkatkan   kenyamanan   dan produktivitas kerja, namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mik roorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan  kualitas  udara  dalam  ruangan  menurun  dan  dapat menimbulkan    berbagai  gangguan  kesehatan  yang  disebut  sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS).

Banyaknya aktivitas di gedung me ningkatkan jumlah polutan dalam   ruangan.   Kenyataan   ini   menyebabkan   risiko   terpaparnya polutan dalam ruangan terhadap manusia semakin tinggi, namun hal
ini masih jarang diketahui oleh masyarakat.
Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk mengatur suhu ruangan  secara  kontinu  dapat  mengeluarkan  bahan  polutan.  Kadar gas-gas  SO2, CO2,  dan O2  di dalam  ruangan  tidak  dipengaruhi  oleh keberadaan  AC.  Bahan  partikulat  dapat  dikurangi  secara  signifikan oleh  AC  dengan  filter  yang  efektif.  Kadar  pollen  di  dalam  ruangan dapat berkurang secara signifikan dengan adanya AC. Jumlah bakteri dan  spora  di  gedung  dengan  AC  kemungkinan  akan  lebih  sedikit
daripada  gedung  tanpa  AC,  walaupun  sampai  saat  ini  hal  tersebut masih diperdebatkan.
Hasil  pemeriksaan   The  National  Institute  of   Occupational
Safety and Health (NIOSH), menyebutkan ada 5 sumber pencemaran
di dalam ruangan  yaitu (Aditama, 2002):
a.  Pencemaran  dari  alat -alat  di  dalam  gedung  seperti  asap  rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.
b.  Pencemaran  di  luar  gedung  meliputi  masuknya  ga s  buangan kendaraan  bermotor,  gas  dari  cerobong  asap  atau  dapur  yang terletak di dekat gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat.
c.  Pencemaran    akibat    bahan    bangunan    meliputi    pencemaran
formaldehid,  lem,  as bes,  fibreglass  dan  bahan -bahan  lain  yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut.
d.  Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan  produk  mikroba  lainnya  yang  dapat  ditemukan  di  saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sist emnya.
e.  Gangguan  ventilasi  udara  berupa  kurangnya  udara  segar  yang masuk, serta buruknya   distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.
Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan ruang kerja.   Kualitas  udara  y ang buruk  akan membawa dampak negatif terhadap pekerja /karyawan berupa keluhan gangguan kesehatan.  Dampak   pencemaran  udara  dalam   ruangan  terhadap tubuh  terutama  pada  daerah  tubuh  atau  organ  tubuh  yang  kontak langsung dengan udara meliputi organ sebagai berikut :
1.  Iritasi selaput lendir:  Iritasi  mata,  mata  pedih,  mata  merah,  mata berair
2.  Iritasi  hidung,  bersin,  gatal:  Iritasi  tenggorokan,  sakit  menelan, gatal, batuk kering
3.  Gangguan    neurotoksik:    Sakit    kepala,    lemah/capai,    mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi
4.  Gangguan  paru  dan  pernafasan:  Batuk,  nafas  berbunyi/mengi,
sesak nafas, rasa berat di dada
5.  Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal
6.  Gangguan saluran cerna: Diare/mencret
7.  Lain-lain:  Gangguan  perilaku,  gangguan  saluran  kencing,  sulit belajar
Keluhan   tersebut   bias anya   tidak   terlalu   parah   dan   tidak menimbulkan kecacatan tetap, tetapi jelas terasa amat mengganggu, tidak    menyenangkan    dan    bahkan    mengakibatkan    menurunnya produktivitas kerja para pekerja.
Permasalahan   yang  diangkat  dalam   penelitian   ini   adalah pengaruh   kualitas   udara   di   ruangan   ber -AC   terhadap   gangguan
kesehatan, yang dapat diperinci sebagai berikut:
1.    Bagaimana  kualitas  mikrobiologi  udara  dalam  ruangan  ber - AC?
2.    Bagaimana kualitas fisik udara (suhu dan kelembaban) dalam ruangan ber-AC?
3.    Apakah macam keluhan penyakit yang dirasakan karyawan di ruangan ber-AC?
4.    Apakah ada pengaruh antara kualitas udara di ruangan ber - AC terhadap gangguan  kesehatan?

Tujuan  umum  dalam  penelitian  ini  adalah  mengidentifikasi kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan dan gan gguan paparan di ruangan  kerja  ber -AC  pada  gedung  bertingkat  dengan  gangguan kesehatan.  Tujuan  khususnya  antara  lain:  mengidentifikasi  kualitas mikrobiologi  udara  dalam  ruangan  ber -AC,  mengidentifikasi  kualitas fisik  udara  dalam  ruangan  ber -AC,  mengidentif ikasi  macam  keluhan yang dirasakan karyawan di dalam ruangan ber -AC, mengidentifikasi pengaruh  antara  gangguan  paparan  di  ruangan  ber -AC  terhadap gangguan kesehatan.

METODE PENELITIAN
Penelitian  ini  menggunakan  metode  observasional  dengan rancang  bangun  cross-sectional.  Penelitian  ini  dilaksanakan  dengan cara  wawancara,  observasi,  dan  pengukuran  yang  meliputi  suhu,
kelembaban, kecepatan  aliran udara,  dan jumlah total koloni  per  m 3 udara   (kuman,   jamur,   dan   bakteri).   Jumlah   populasi   adalah   94 karyawan  dan  jumlah  sampel  yang  diambil  dengan  cara  purposive sampling  technique  sebanyak  89  orang.  Data  yang  telah  diambil kemudian  dianalisis  secara  deskriptif  dengan  tabulasi  dan  secara analitik menggunakan regresi logistik (α = 0.05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
PT.  Infomedia  Nusantara  merupakan  perusahaan  yang  bergerak  di bidang  pelayanan  jasa,  dimana  salah  satu  perwakilannya  berada  di Surabaya   dan   berlokasi   di   jalan   Kusumabangsa   10 -12.   Kantor perwakilan PT. Infomedia Nusantara di Suraba ya terdiri dari 2 lantai yang  didesain  dengan  jendela  tertutup  dan   ventilasi  buatan  ( air conditioning) yang menyebabkan gangguan sirkulasi  udara dan tidak sehatnya  udara  dalam  gedung.  Lokasi  kantor  yang  terletak  di  tepi jalan  raya  serta  halaman  gedung  yan g  digunakan  sebagai  tempat parkir   kendaraan   bermotor   dapat   dikatakan   relatif   dekat   dengan sumber polusi udara luar gedung. Polusi udara di luar gedung dapat menjadi sumber polusi udara dalam gedung.
Produk-produk pembakaran dari kendaraan dan sumber lain yang berasal dari luar gedung dapat masuk ke dalam gedung melalui inlet  sistem  heating,  ventilation,  and  air  conditioning  (HVAC)  suatu gedung.  Hal  ini  didukung  oleh  laporan   The  National  Institute  of Occupational  Safety  and  Health   (NIOSH)  1984  yang  menyata kan bahwa  sebesar  50  %  penyebab  pencemaran  udara  adalah  ventilasi yang tidak adekuat, 11 % sumber polusi udara dalam ruangan berasal dari kontaminan-kontaminan luar ruangan (Godish, 1989).
Karakteristik Karyawan
Karyawan PT. Infomedia Nusantara berjumlah  89 orang yang terdiri dari laki-laki sebesar 64,04% dan perempuan sebesar 36,96% dengan  umur    terbanyak  berada  pada  umur  25 -29  tahun  sebesar
39,32 % dan lebih dari 35 tahun sebesar 35,96%. Pendidikan terakhir yang  telah  ditempuh  sebagian  besar  karyawan  ad alah  S-1  sebesar
73,03%.
Masa Kerja dan Lama Tinggal di Ruangan ber -AC
Karyawan yang bekerja kurang dari lima tahun sebesar 78,65
%  dan  sisanya  (21,35  %)  telah  bekerja  selama  lebih  dari  5  tahun. Lama  tinggal  dalam  ruangan  ber -AC  rata-rata  tiap  harinya  s angat bervariasi  yaitu  antara  6 -8  jam  sebesar  67,42  %,  antara  2 -5  jam sebesar 31,46 % sedangkan sisanya 1,12 % berada di ruangan ber - AC selama kurang dari 2 jam.
Kualitas udara dalam ruangan ber -AC sangat ditentukan oleh sistem  sirkulasi dan aktivitas  yan g dilaksanakan. Pencemaran udara dalam   ruangan   dapat   terjadi   karena   berbagai   aktivitas   seperti merokok,  penggunaaan  alat  atau  bahan  pembersih  ruangan,  mesin fotokopi   yang   menghasilkan   asap   dan   debu   dalam   ruangan. Seseorang yang terpapar dengan polutan ters ebut dalam waktu yang lama akan mengalami keluhan yang lebih besar dibandingkan dengan yang terpapar kurang dari 2 jam/hari.
Sumber Pencemar Udara Ruangan
Dari  89  karyawan,  yang  merasakan  gangguan  akibat  asap  sebesar
31,46 % dan karyawan yang merasakan  gangguan akibat bau -bauan yang tidak sedap yaitu sebesar 69,66 %. Gangguan akibat asap yang dirasakan  karyawan  berasal  dari  asap  rokok,  sedangkan  gangguan bau yang dirasakan karyawan berasal dari bau tempat sampah yang berasal dari kantin, bau minyak wangi dan  pengharum ruangan yang terlalu menyengat.
Aditama (2002), menyatakan bahwa pencemaran udara dapat berasal dari dalam gedung dengan sumber pencemaran diantaranya : aktivitas dalam ruangan, frekuensi keluar masuk ruangan yang tinggi sehingga   memungkinkan   masu knya   polutan   dari   luar   kedalam ruangan, penggunaan pengharum ruangan, asap rokok, penggunaan pestisida  dan  pembersih  ruangan,  mesin  fotokopi,  sirkulasi  udara yang kurang lancer, suhu dan kelembaban udara yang tidak nyaman.
Gangguan Kesehatan Karyawan
Lima gangguan kesehatan tertinggi yang dirasakan karyawan berdasarkan   data   yang   diperoleh   menurut   frekuensi   dan   waktu terjadinya gangguan adalah sebagai berikut:
1.  Gangguan  kesehatan  berupa  mata  gatal  sebanyak  66  karyawan.
Gangguan   yang   terjadi   berdasarkan   fre kuensinya   adalah   45 karyawan  menyatakan  kadang -kadang  sedangkan  21  karyawan menyatakan   jarang.   Gangguan   berdasarkan   waktu   terjadinya adalah siang hari sebanyak  32 karyawan, pagi  hari  sebanyak  21 karyawan, sedangkan sore hari sebanyak 13 karyawan.
2.  Gangguan  kesehatan berupa kulit kering sebanyak  64 karyawan.
Gangguan   yang   terjadi   berdasarkan   frekuensinya   adalah   28 karyawan mengatakan sering, 25 karyawan mengatakan kadang - kadang    dan    11    karyawan    mengatakan    jarang.    Gangguan berdasarkan   waktu   terjadinya   adalah   se panjang    hari   kerja sebanyak  23  karyawan,  sore  hari  dan  pagi  hari  masing -masing sebanyak   20   karyawan,   sedangkan   pagi   hari   sebanyak   1
karyawan.
3.  Gangguan kesehatan berupa sakit kepala sebanyak 59 karyawan.
Gangguan   yang   terjadi   berdasarkan   frekuensinya   adalah    29
karyawan menyatakan kadang -kadang, 28 karyawan menyatakan jarang,    dan    2    karyawan    menyatakan    sering.    Gangguan berdasarkan  waktu  terjadinya  adalah  siang  hari  sebanyak   28 karyawan,   sore   hari   sebanyak   15   karyawan,   pagi   hari   14 karyawan, dan sepanjang hari kerja sebanyak 2 karyawan.
4.  Gangguan kesehatan berupa mata pedih sebanyak 52 karyawan.
Gangguan   yang   terjadi   berdasarkan   frekuensinya   adalah   27 karyawan mengatakan kadang -kadang, 13 karyawan mengatakan sering,    dan    12    karyawan    mengatakan    jarang.    Gangguan berdasarkan   waktu   terjadinya   adalah   sore   hari   sebanyak   15 karyawan,  pagi  hari  dan  sepanjang  hari  kerja  masing -masing sebanyak   12   karyawan,   sedangkan   siang   hari   sebanyak   13 karyawan.
5.  Gangguan   kesehatan   berupa   bersin   sebanyak   51   karyawan.
Gangguan   yang   terjadi   berdasarkan   frekuensinya   adalah   25 karyawan mengatakan kadang -kadang, 19 karyawan mengatakan jarang,    dan    7    karyawan    mengatakan    sering.    Gangguan berdasarkan  waktu  terjadinya  adalah  siang  hari  sebanyak   19 karyawan, pagi hari sebanyak 14 karyawan, sore hari s ebanyak 10 karyawan, dan sepanjang hari kerja sebanyak 8 karyawan.
Gangguan kesehatan yang paling sedikit dirasakan karyawan adalah  mual  sebanyak  19  karyawan  dengan  frekuensi  terjadinya gangguan  adalah  15  karyawan  menyatakan  jarang  dan  4  karyawan menyatakan    kadang-kadang.    Gangguan    berdasarkan    waktu terjadinya  siang  hari  sebanyak  9  karyawan,  sore  hari  sebanyak  6 karyawan, dan pagi hari sebanyak 4 karyawan.
Kualitas Udara dalam Ruangan
Kualitas Fisik Udara
Suhu  udara  sangat  berperan  dalam  kenyamanan  bekerja karena  tubuh  manusia  menghasilkan  panas  yang  digunakan  untuk metabolisme  basal  dan  muskuler.  Namun  dari  semua  energi  yang dihasilkan  tubuh  hanya  20  %  saja  yang  dipergunakan  dan  sisanya akan dibuang ke lingkungan. Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu   sesuai   Kep.   Men.   Kesehatan   No   261   bahwa   suhu   yang dianggap  nyaman  untuk  suasana  bekerja  18   -  26  ˚C  maka  suhu ruangan pada lantai I dan lantai II masih berada pada standar. Suhu udara  ruang  kerja  yang  terlalu  dingin  dapat  menimbulkan  gangguan kerja  bagi  karyawan,  salah  satunya  gangguan  konsentrasi  dimana pegawai  tidak  dapat  bekerja  dengan  tenang  karena  berusaha  untuk menghilangkan rasa dingin tersebut.
Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20 % dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir me mbran, sedangkan kelembaban tinggi akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Hasil pengukuran kelembaban relatif pada lantai I adalah 64  - 68,5 %
sedangkan pada lantai II adalah 73  - 80 %. Jika dibandingkan dengan Standar  Baku  Mutu  sesuai  Kep.  Me n.  Kesehatan  No  261  dimana kelembaban  yang  ideal  berkisar  40 -60  %,  maka  hasil  pengukuran kelembaban pada 2 (dua) lantai tersebut berada di atas standar yang berarti potensial sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme.
Hasil   pengukuran   kecepatan   aliran   udar a   pada   lantai   I berkisar antara    0,04  - 0,07 m/det sedangkan pada lantai II berkisar antara  0,15  -  0,35  m/det.  Menurut  Standard  Baku  Mutu  Kep.  Men. Kesehatan No 261 kecepatan aliran udara berkisar antara 0,15  - 0,25 m/det. Arismunandar dan Saito (1991) m enyatakan bahwa kecepatan aliran udara < 0,1 m/det atau lebih rendah menjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak ada pergerakan udara sebaliknya bila kecepatan udara terlalu tinggi akan menyebabkan  cold draft  atau kebisingan di dalam ruangan.
Kualitas Mikrobiologi Udara
Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau
sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur   dan   bakteri.   Penyebaran   bakteri,   jamur,   dan   virus   pada umumnya  terjadi  melalui  sistem  ventilas i.  Sumber  bioaerosol  ada  2 yakni  yang  berasal  dari  luar  ruangan  dan  dari  perkembangbiakan dalam   ruangan   atau   dari   manusia,   terutama   bila   kondisi   terlalu berdesakan  (crowded).  Pengaruh  kesehatan  yang  ditimbulkan  oleh bioaerosol  ini  terutama  3  macam,  yaitu  i nfeksi,  alergi,  dan  iritasi.. Kontaminasi  bioaerosol  pada sumber air sistem  ventilasi ( humidifier) yang terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang  (Tan  Malaka,  19 98).  Total  koloni  kuman  pada  lantai  I  adalah
1675 CFU/m 3  udara sedangkan lantai II adalah 1387,5 CFU/m 3  udara. Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Kep.MenKesehatan RI No  :  261  /MENKES/SK/II/1998  dimana  angka  kuman  adalah  kurang
dari   700   koloni/m 3    udara,  maka  kedua  ruangan   berada  di  atas
standar.  Hasil  pengukuran  total  koloni  bakteri  pada  lantai  I  (6,87
CFU/menit)  lebih  tinggi  dibandingkan  lantai  II  (3,21  CFU/menit)  dan sebagian besar berjenis gram negatif batang. Hasil pengukuran total koloni jamur  pada lantai II adalah 1,94 CFU/menit dan pada lantai II adalah 0,87 CFU/menit. Jika dibandingkan dengan standar NH&MRC
dimana  total  koloni  jamur  adalah  150  CFU/m 3   udara,  maka  kedua ruangan  tersebut  masih  berada  di  bawah  standar.  Pada  usap  AC ditemukan  gram  positif  batang  dan  gram  negatif  batang.  Pencemar yang  bersifat  biologis  terdiri  atas  berbagai  jenis  mikroba  patogen, antara  lain  jamur,  metazoa,  bakteri,  maupun  virus.  Penyakit  yang
disebabkannya   seringkali   diklasifikasikan   sebagai   penyakit   yang
menyebar lewat udara (air-borne diseases) (Soemirat, 2002).
Pengaruh   Kualitas   Fisik   dan   Kualitas   Mikrobiologi   terhadap
Gangguan Kesehatan
Hasil  perhitungan  dengan  menggunakan  uji  statistik  regresi logistik  terlihat  bahwa  ada  dua  variabel  yang  signifikan  terhadap terjadinya gangguan kesehatan, yaitu:
1.  Jamur   berpengaruh   terhadap   terjadinya   gangguan   kesehatan berupa iritasi hidung, artinya semakin banyak jumlah koloni jamur dalam  ruangan  mempunyai  resiko  16,463  kali  lebih  besar  untuk dapat terjadinya iritasi hi dung.
2.  Kuman   berpengaruh   terhadap   terjadinya   gangguan   kesehatan berupa mual, artinya semakin banyak jumlah koloni kuman dalam ruangan  mempunyai  resiko  1,008  kali  lebih  besar  untuk  dapat terjadinya mual.
Variabel   lainnya   yang   tidak   signifikan ,   belum   tentu   tidak memberikan  pengaruh  terhadap  gangguan  kesehatan  yang  timbul. Hal  ini  disebabkan  oleh  beberapa  faktor,  yaitu  :  banyaknya  faktor yang   berpotensi   mempengaruhi   kualitas   udara   lingkungan   kerja, gangguan  kesehatan  yang  terjadi  tidak  bersifat  spesifik  dan  dapat merupakan   gejala-gejala   dari   penyakit   lain,   penyebab   terjadinya
gangguan  kesehatan  tersebut  dipengaruhi  banyak  faktor  lain.  Tan
Malaka   (1998)   menyatakan   bahwa   intensitas   pengaruh   berbagai faktor  yang  dapat  mempengaruhi  lingkungan  kerja  tergantung  lokasi dan proses yang ada. Walaupun tidak semua dominan, namun faktor - faktor tersebut selalu ada dalam lingkungan kerja.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  analisis  yang  telah  dilakukan  terhadap
kualitas   fisik   udara,   kualitas   mikrobiologi   udara    dan   gangguan kesehatan yang dirasakan karyawan di dalam ruangan ber -AC, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.  PT.  Infomedia  Nusantara  Surabaya  memiliki  karyawan  sebanyak
94 orang.  Masa kerja sebagian besar karyawan (78,65 %) kurang dari lima tahun dan rata-rata lama tinggal dalam  ruangan ber -AC setiap harinya 6-8 jam.
2.  Sumber  pencemar  udara ruangan  yang dirasakan  oleh  karyawan berupa asap dan bau -bauan yang tidak sedap. Sumber pencemar asap   tersebut   berasal   dari   asap   rokok,   sedangkan   sumber pencemar  bau-bauan  berasal  dari  bau  sampah  dari  kantin,  bau minyak wangi dan pengharum ruangan yang terlalu menyengat.
3.  Gangguan  kesehatan  yang  dirasakan  karyawan  berurutan  dari yang terbanyak adalah iritasi kulit (75,28 %), iritasi mata (74,36 %),
iritasi  hidung  (73,03  %),  gangguan  saraf  (66,29  %),  gangguan saluran pernafasan (46,07 %), mual (21,35 %).
4.  Kelembaban udara dan kecepatan aliran udara di lokasi penelitian melebihi  Standar  Baku  Mutu  Kep.Men.Kesehatan  RI  No :  261/ MENKES/SK/II/1998, sedangkan untuk  suhu udara ruangan masih berada   pada   suhu   nyaman   kerja   yang   berarti   tidak   melebihi Standar  Baku  Mutu  Keputusan   Menteri  Kesehatan  RI  N o:  261
/MENKES/SK/II/1998.
5.  Jumlah  total  koloni  kuman  di  lokasi  penelitian  melebihi  Standar Baku Mutu Kep.Men.Kesehatan RI No : 261 /MENKES/SK/II/1998. Sedangkan  jumlah  total  koloni  jamur  di  lokasi  penelitian  masih berada di bawah standar NH dan MRC.
6.  Dari  hasil  perhitungan  regresi  logistik  diperoleh  variabel  yang berpengaruh  (p  =  0.048)  terhadap  gangguan  kesehatan  berupa iritasi  hidung  adalah  jamur  dan  variabel  yang  berpengaruh  (p  =
0.020) terhadap gangguan kesehatan berupa mual adalah kuman, sedangkan   variabel   yang   lain   tidak   berpengaruh   (p   >   0.05) terhadap gangguan kesehatan.
Saran
1.  Memberdayakan  seluruh   manajer   dan   pekerja/karyawan  untuk meningkatkan   kebersihan   lingkungan   kerja   melalui   penataan ruangan  kerja,  penataan  arsip  dan  berkas  dalam  lemari sesudah bekerja,    dan    kebersihan    peralatan    kerja    termasuk    budaya membersihkan  ruangan  setiap  hari  dan  perangkat  AC  secara berkala.
2.  Pemeriksaan kualitas  udara dalam ruangan secara berkala sesuai parameter  kualitas  udara  (kualitas  fisik,  kimia ,  dan  mikrobiologi) agar tercipta lingkungan kerja yang sehat.
3.  Monitoring   kesehatan   dengan   pemeriksaan   kesehatan   secara berkala  untuk  mengetahui  sejak  dini  gangguan  ke sehatan  yang terjadi
4.  Perlu  dilakukan  penelitian  lanjutan  tentang  jenis  mikroorganisme patogen  yang  ada  di  ruangan  mengingat  jumlah  koloni  kuman yang melebihi standar baku mutu dan banyaknya karyawan yang mengalami   gangguan   kesehatan,   sehingga   dapat   ditetap kan standar baku mutu kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan.
5.  Lebih   ditingkatkan   kualitas   perawatan   AC   mengingat   masih banyaknya gangguan kesehatan yang dialami karyawan.
6.  Disediakan   ruangan   khusus   untuk   karyawan   yang   merokok dilengkapi dengan Local Exhaust Ventilation

PENGARUH KUALITAS UDARA DALAM RUANGAN BER-AC TERHADAP GANGGUAN


 
PENDAHULUAN
Penggunaan  Air  Conditioner  (AC)  sebagai  alternatif  untuk mengganti   ventilasi   alami   dapat   meningkatkan   kenyamanan   dan produktivitas kerja, namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mik roorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan  kualitas  udara  dalam  ruangan  menurun  dan  dapat menimbulkan    berbagai  gangguan  kesehatan  yang  disebut  sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS).

Banyaknya aktivitas di gedung me ningkatkan jumlah polutan dalam   ruangan.   Kenyataan   ini   menyebabkan   risiko   terpaparnya polutan dalam ruangan terhadap manusia semakin tinggi, namun hal
ini masih jarang diketahui oleh masyarakat.
Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk mengatur suhu ruangan  secara  kontinu  dapat  mengeluarkan  bahan  polutan.  Kadar gas-gas  SO2, CO2,  dan O2  di dalam  ruangan  tidak  dipengaruhi  oleh keberadaan  AC.  Bahan  partikulat  dapat  dikurangi  secara  signifikan oleh  AC  dengan  filter  yang  efektif.  Kadar  pollen  di  dalam  ruangan dapat berkurang secara signifikan dengan adanya AC. Jumlah bakteri dan  spora  di  gedung  dengan  AC  kemungkinan  akan  lebih  sedikit
daripada  gedung  tanpa  AC,  walaupun  sampai  saat  ini  hal  tersebut masih diperdebatkan.
Hasil  pemeriksaan   The  National  Institute  of   Occupational
Safety and Health (NIOSH), menyebutkan ada 5 sumber pencemaran
di dalam ruangan  yaitu (Aditama, 2002):
a.  Pencemaran  dari  alat -alat  di  dalam  gedung  seperti  asap  rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.
b.  Pencemaran  di  luar  gedung  meliputi  masuknya  ga s  buangan kendaraan  bermotor,  gas  dari  cerobong  asap  atau  dapur  yang terletak di dekat gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat.
c.  Pencemaran    akibat    bahan    bangunan    meliputi    pencemaran
formaldehid,  lem,  as bes,  fibreglass  dan  bahan -bahan  lain  yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut.
d.  Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan  produk  mikroba  lainnya  yang  dapat  ditemukan  di  saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sist emnya.
e.  Gangguan  ventilasi  udara  berupa  kurangnya  udara  segar  yang masuk, serta buruknya   distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.
Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan ruang kerja.   Kualitas  udara  y ang buruk  akan membawa dampak negatif terhadap pekerja /karyawan berupa keluhan gangguan kesehatan.  Dampak   pencemaran  udara  dalam   ruangan  terhadap tubuh  terutama  pada  daerah  tubuh  atau  organ  tubuh  yang  kontak langsung dengan udara meliputi organ sebagai berikut :
1.  Iritasi selaput lendir:  Iritasi  mata,  mata  pedih,  mata  merah,  mata berair
2.  Iritasi  hidung,  bersin,  gatal:  Iritasi  tenggorokan,  sakit  menelan, gatal, batuk kering
3.  Gangguan    neurotoksik:    Sakit    kepala,    lemah/capai,    mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi
4.  Gangguan  paru  dan  pernafasan:  Batuk,  nafas  berbunyi/mengi,
sesak nafas, rasa berat di dada
5.  Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal
6.  Gangguan saluran cerna: Diare/mencret
7.  Lain-lain:  Gangguan  perilaku,  gangguan  saluran  kencing,  sulit belajar
Keluhan   tersebut   bias anya   tidak   terlalu   parah   dan   tidak menimbulkan kecacatan tetap, tetapi jelas terasa amat mengganggu, tidak    menyenangkan    dan    bahkan    mengakibatkan    menurunnya produktivitas kerja para pekerja.
Permasalahan   yang  diangkat  dalam   penelitian   ini   adalah pengaruh   kualitas   udara   di   ruangan   ber -AC   terhadap   gangguan
kesehatan, yang dapat diperinci sebagai berikut:
1.    Bagaimana  kualitas  mikrobiologi  udara  dalam  ruangan  ber - AC?
2.    Bagaimana kualitas fisik udara (suhu dan kelembaban) dalam ruangan ber-AC?
3.    Apakah macam keluhan penyakit yang dirasakan karyawan di ruangan ber-AC?
4.    Apakah ada pengaruh antara kualitas udara di ruangan ber - AC terhadap gangguan  kesehatan?

Tujuan  umum  dalam  penelitian  ini  adalah  mengidentifikasi kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan dan gan gguan paparan di ruangan  kerja  ber -AC  pada  gedung  bertingkat  dengan  gangguan kesehatan.  Tujuan  khususnya  antara  lain:  mengidentifikasi  kualitas mikrobiologi  udara  dalam  ruangan  ber -AC,  mengidentifikasi  kualitas fisik  udara  dalam  ruangan  ber -AC,  mengidentif ikasi  macam  keluhan yang dirasakan karyawan di dalam ruangan ber -AC, mengidentifikasi pengaruh  antara  gangguan  paparan  di  ruangan  ber -AC  terhadap gangguan kesehatan.

METODE PENELITIAN
Penelitian  ini  menggunakan  metode  observasional  dengan rancang  bangun  cross-sectional.  Penelitian  ini  dilaksanakan  dengan cara  wawancara,  observasi,  dan  pengukuran  yang  meliputi  suhu,
kelembaban, kecepatan  aliran udara,  dan jumlah total koloni  per  m 3 udara   (kuman,   jamur,   dan   bakteri).   Jumlah   populasi   adalah   94 karyawan  dan  jumlah  sampel  yang  diambil  dengan  cara  purposive sampling  technique  sebanyak  89  orang.  Data  yang  telah  diambil kemudian  dianalisis  secara  deskriptif  dengan  tabulasi  dan  secara analitik menggunakan regresi logistik (α = 0.05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
PT.  Infomedia  Nusantara  merupakan  perusahaan  yang  bergerak  di bidang  pelayanan  jasa,  dimana  salah  satu  perwakilannya  berada  di Surabaya   dan   berlokasi   di   jalan   Kusumabangsa   10 -12.   Kantor perwakilan PT. Infomedia Nusantara di Suraba ya terdiri dari 2 lantai yang  didesain  dengan  jendela  tertutup  dan   ventilasi  buatan  ( air conditioning) yang menyebabkan gangguan sirkulasi  udara dan tidak sehatnya  udara  dalam  gedung.  Lokasi  kantor  yang  terletak  di  tepi jalan  raya  serta  halaman  gedung  yan g  digunakan  sebagai  tempat parkir   kendaraan   bermotor   dapat   dikatakan   relatif   dekat   dengan sumber polusi udara luar gedung. Polusi udara di luar gedung dapat menjadi sumber polusi udara dalam gedung.
Produk-produk pembakaran dari kendaraan dan sumber lain yang berasal dari luar gedung dapat masuk ke dalam gedung melalui inlet  sistem  heating,  ventilation,  and  air  conditioning  (HVAC)  suatu gedung.  Hal  ini  didukung  oleh  laporan   The  National  Institute  of Occupational  Safety  and  Health   (NIOSH)  1984  yang  menyata kan bahwa  sebesar  50  %  penyebab  pencemaran  udara  adalah  ventilasi yang tidak adekuat, 11 % sumber polusi udara dalam ruangan berasal dari kontaminan-kontaminan luar ruangan (Godish, 1989).
Karakteristik Karyawan
Karyawan PT. Infomedia Nusantara berjumlah  89 orang yang terdiri dari laki-laki sebesar 64,04% dan perempuan sebesar 36,96% dengan  umur    terbanyak  berada  pada  umur  25 -29  tahun  sebesar
39,32 % dan lebih dari 35 tahun sebesar 35,96%. Pendidikan terakhir yang  telah  ditempuh  sebagian  besar  karyawan  ad alah  S-1  sebesar
73,03%.
Masa Kerja dan Lama Tinggal di Ruangan ber -AC
Karyawan yang bekerja kurang dari lima tahun sebesar 78,65
%  dan  sisanya  (21,35  %)  telah  bekerja  selama  lebih  dari  5  tahun. Lama  tinggal  dalam  ruangan  ber -AC  rata-rata  tiap  harinya  s angat bervariasi  yaitu  antara  6 -8  jam  sebesar  67,42  %,  antara  2 -5  jam sebesar 31,46 % sedangkan sisanya 1,12 % berada di ruangan ber - AC selama kurang dari 2 jam.
Kualitas udara dalam ruangan ber -AC sangat ditentukan oleh sistem  sirkulasi dan aktivitas  yan g dilaksanakan. Pencemaran udara dalam   ruangan   dapat   terjadi   karena   berbagai   aktivitas   seperti merokok,  penggunaaan  alat  atau  bahan  pembersih  ruangan,  mesin fotokopi   yang   menghasilkan   asap   dan   debu   dalam   ruangan. Seseorang yang terpapar dengan polutan ters ebut dalam waktu yang lama akan mengalami keluhan yang lebih besar dibandingkan dengan yang terpapar kurang dari 2 jam/hari.
Sumber Pencemar Udara Ruangan
Dari  89  karyawan,  yang  merasakan  gangguan  akibat  asap  sebesar
31,46 % dan karyawan yang merasakan  gangguan akibat bau -bauan yang tidak sedap yaitu sebesar 69,66 %. Gangguan akibat asap yang dirasakan  karyawan  berasal  dari  asap  rokok,  sedangkan  gangguan bau yang dirasakan karyawan berasal dari bau tempat sampah yang berasal dari kantin, bau minyak wangi dan  pengharum ruangan yang terlalu menyengat.
Aditama (2002), menyatakan bahwa pencemaran udara dapat berasal dari dalam gedung dengan sumber pencemaran diantaranya : aktivitas dalam ruangan, frekuensi keluar masuk ruangan yang tinggi sehingga   memungkinkan   masu knya   polutan   dari   luar   kedalam ruangan, penggunaan pengharum ruangan, asap rokok, penggunaan pestisida  dan  pembersih  ruangan,  mesin  fotokopi,  sirkulasi  udara yang kurang lancer, suhu dan kelembaban udara yang tidak nyaman.
Gangguan Kesehatan Karyawan
Lima gangguan kesehatan tertinggi yang dirasakan karyawan berdasarkan   data   yang   diperoleh   menurut   frekuensi   dan   waktu terjadinya gangguan adalah sebagai berikut:
1.  Gangguan  kesehatan  berupa  mata  gatal  sebanyak  66  karyawan.
Gangguan   yang   terjadi   berdasarkan   fre kuensinya   adalah   45 karyawan  menyatakan  kadang -kadang  sedangkan  21  karyawan menyatakan   jarang.   Gangguan   berdasarkan   waktu   terjadinya adalah siang hari sebanyak  32 karyawan, pagi  hari  sebanyak  21 karyawan, sedangkan sore hari sebanyak 13 karyawan.
2.  Gangguan  kesehatan berupa kulit kering sebanyak  64 karyawan.
Gangguan   yang   terjadi   berdasarkan   frekuensinya   adalah   28 karyawan mengatakan sering, 25 karyawan mengatakan kadang - kadang    dan    11    karyawan    mengatakan    jarang.    Gangguan berdasarkan   waktu   terjadinya   adalah   se panjang    hari   kerja sebanyak  23  karyawan,  sore  hari  dan  pagi  hari  masing -masing sebanyak   20   karyawan,   sedangkan   pagi   hari   sebanyak   1
karyawan.
3.  Gangguan kesehatan berupa sakit kepala sebanyak 59 karyawan.
Gangguan   yang   terjadi   berdasarkan   frekuensinya   adalah    29
karyawan menyatakan kadang -kadang, 28 karyawan menyatakan jarang,    dan    2    karyawan    menyatakan    sering.    Gangguan berdasarkan  waktu  terjadinya  adalah  siang  hari  sebanyak   28 karyawan,   sore   hari   sebanyak   15   karyawan,   pagi   hari   14 karyawan, dan sepanjang hari kerja sebanyak 2 karyawan.
4.  Gangguan kesehatan berupa mata pedih sebanyak 52 karyawan.
Gangguan   yang   terjadi   berdasarkan   frekuensinya   adalah   27 karyawan mengatakan kadang -kadang, 13 karyawan mengatakan sering,    dan    12    karyawan    mengatakan    jarang.    Gangguan berdasarkan   waktu   terjadinya   adalah   sore   hari   sebanyak   15 karyawan,  pagi  hari  dan  sepanjang  hari  kerja  masing -masing sebanyak   12   karyawan,   sedangkan   siang   hari   sebanyak   13 karyawan.
5.  Gangguan   kesehatan   berupa   bersin   sebanyak   51   karyawan.
Gangguan   yang   terjadi   berdasarkan   frekuensinya   adalah   25 karyawan mengatakan kadang -kadang, 19 karyawan mengatakan jarang,    dan    7    karyawan    mengatakan    sering.    Gangguan berdasarkan  waktu  terjadinya  adalah  siang  hari  sebanyak   19 karyawan, pagi hari sebanyak 14 karyawan, sore hari s ebanyak 10 karyawan, dan sepanjang hari kerja sebanyak 8 karyawan.
Gangguan kesehatan yang paling sedikit dirasakan karyawan adalah  mual  sebanyak  19  karyawan  dengan  frekuensi  terjadinya gangguan  adalah  15  karyawan  menyatakan  jarang  dan  4  karyawan menyatakan    kadang-kadang.    Gangguan    berdasarkan    waktu terjadinya  siang  hari  sebanyak  9  karyawan,  sore  hari  sebanyak  6 karyawan, dan pagi hari sebanyak 4 karyawan.
Kualitas Udara dalam Ruangan
Kualitas Fisik Udara
Suhu  udara  sangat  berperan  dalam  kenyamanan  bekerja karena  tubuh  manusia  menghasilkan  panas  yang  digunakan  untuk metabolisme  basal  dan  muskuler.  Namun  dari  semua  energi  yang dihasilkan  tubuh  hanya  20  %  saja  yang  dipergunakan  dan  sisanya akan dibuang ke lingkungan. Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu   sesuai   Kep.   Men.   Kesehatan   No   261   bahwa   suhu   yang dianggap  nyaman  untuk  suasana  bekerja  18   -  26  ˚C  maka  suhu ruangan pada lantai I dan lantai II masih berada pada standar. Suhu udara  ruang  kerja  yang  terlalu  dingin  dapat  menimbulkan  gangguan kerja  bagi  karyawan,  salah  satunya  gangguan  konsentrasi  dimana pegawai  tidak  dapat  bekerja  dengan  tenang  karena  berusaha  untuk menghilangkan rasa dingin tersebut.
Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20 % dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir me mbran, sedangkan kelembaban tinggi akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Hasil pengukuran kelembaban relatif pada lantai I adalah 64  - 68,5 %
sedangkan pada lantai II adalah 73  - 80 %. Jika dibandingkan dengan Standar  Baku  Mutu  sesuai  Kep.  Me n.  Kesehatan  No  261  dimana kelembaban  yang  ideal  berkisar  40 -60  %,  maka  hasil  pengukuran kelembaban pada 2 (dua) lantai tersebut berada di atas standar yang berarti potensial sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme.
Hasil   pengukuran   kecepatan   aliran   udar a   pada   lantai   I berkisar antara    0,04  - 0,07 m/det sedangkan pada lantai II berkisar antara  0,15  -  0,35  m/det.  Menurut  Standard  Baku  Mutu  Kep.  Men. Kesehatan No 261 kecepatan aliran udara berkisar antara 0,15  - 0,25 m/det. Arismunandar dan Saito (1991) m enyatakan bahwa kecepatan aliran udara < 0,1 m/det atau lebih rendah menjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak ada pergerakan udara sebaliknya bila kecepatan udara terlalu tinggi akan menyebabkan  cold draft  atau kebisingan di dalam ruangan.
Kualitas Mikrobiologi Udara
Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau
sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur   dan   bakteri.   Penyebaran   bakteri,   jamur,   dan   virus   pada umumnya  terjadi  melalui  sistem  ventilas i.  Sumber  bioaerosol  ada  2 yakni  yang  berasal  dari  luar  ruangan  dan  dari  perkembangbiakan dalam   ruangan   atau   dari   manusia,   terutama   bila   kondisi   terlalu berdesakan  (crowded).  Pengaruh  kesehatan  yang  ditimbulkan  oleh bioaerosol  ini  terutama  3  macam,  yaitu  i nfeksi,  alergi,  dan  iritasi.. Kontaminasi  bioaerosol  pada sumber air sistem  ventilasi ( humidifier) yang terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang  (Tan  Malaka,  19 98).  Total  koloni  kuman  pada  lantai  I  adalah
1675 CFU/m 3  udara sedangkan lantai II adalah 1387,5 CFU/m 3  udara. Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Kep.MenKesehatan RI No  :  261  /MENKES/SK/II/1998  dimana  angka  kuman  adalah  kurang
dari   700   koloni/m 3    udara,  maka  kedua  ruangan   berada  di  atas
standar.  Hasil  pengukuran  total  koloni  bakteri  pada  lantai  I  (6,87
CFU/menit)  lebih  tinggi  dibandingkan  lantai  II  (3,21  CFU/menit)  dan sebagian besar berjenis gram negatif batang. Hasil pengukuran total koloni jamur  pada lantai II adalah 1,94 CFU/menit dan pada lantai II adalah 0,87 CFU/menit. Jika dibandingkan dengan standar NH&MRC
dimana  total  koloni  jamur  adalah  150  CFU/m 3   udara,  maka  kedua ruangan  tersebut  masih  berada  di  bawah  standar.  Pada  usap  AC ditemukan  gram  positif  batang  dan  gram  negatif  batang.  Pencemar yang  bersifat  biologis  terdiri  atas  berbagai  jenis  mikroba  patogen, antara  lain  jamur,  metazoa,  bakteri,  maupun  virus.  Penyakit  yang
disebabkannya   seringkali   diklasifikasikan   sebagai   penyakit   yang
menyebar lewat udara (air-borne diseases) (Soemirat, 2002).
Pengaruh   Kualitas   Fisik   dan   Kualitas   Mikrobiologi   terhadap
Gangguan Kesehatan
Hasil  perhitungan  dengan  menggunakan  uji  statistik  regresi logistik  terlihat  bahwa  ada  dua  variabel  yang  signifikan  terhadap terjadinya gangguan kesehatan, yaitu:
1.  Jamur   berpengaruh   terhadap   terjadinya   gangguan   kesehatan berupa iritasi hidung, artinya semakin banyak jumlah koloni jamur dalam  ruangan  mempunyai  resiko  16,463  kali  lebih  besar  untuk dapat terjadinya iritasi hi dung.
2.  Kuman   berpengaruh   terhadap   terjadinya   gangguan   kesehatan berupa mual, artinya semakin banyak jumlah koloni kuman dalam ruangan  mempunyai  resiko  1,008  kali  lebih  besar  untuk  dapat terjadinya mual.
Variabel   lainnya   yang   tidak   signifikan ,   belum   tentu   tidak memberikan  pengaruh  terhadap  gangguan  kesehatan  yang  timbul. Hal  ini  disebabkan  oleh  beberapa  faktor,  yaitu  :  banyaknya  faktor yang   berpotensi   mempengaruhi   kualitas   udara   lingkungan   kerja, gangguan  kesehatan  yang  terjadi  tidak  bersifat  spesifik  dan  dapat merupakan   gejala-gejala   dari   penyakit   lain,   penyebab   terjadinya
gangguan  kesehatan  tersebut  dipengaruhi  banyak  faktor  lain.  Tan
Malaka   (1998)   menyatakan   bahwa   intensitas   pengaruh   berbagai faktor  yang  dapat  mempengaruhi  lingkungan  kerja  tergantung  lokasi dan proses yang ada. Walaupun tidak semua dominan, namun faktor - faktor tersebut selalu ada dalam lingkungan kerja.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  analisis  yang  telah  dilakukan  terhadap
kualitas   fisik   udara,   kualitas   mikrobiologi   udara    dan   gangguan kesehatan yang dirasakan karyawan di dalam ruangan ber -AC, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.  PT.  Infomedia  Nusantara  Surabaya  memiliki  karyawan  sebanyak
94 orang.  Masa kerja sebagian besar karyawan (78,65 %) kurang dari lima tahun dan rata-rata lama tinggal dalam  ruangan ber -AC setiap harinya 6-8 jam.
2.  Sumber  pencemar  udara ruangan  yang dirasakan  oleh  karyawan berupa asap dan bau -bauan yang tidak sedap. Sumber pencemar asap   tersebut   berasal   dari   asap   rokok,   sedangkan   sumber pencemar  bau-bauan  berasal  dari  bau  sampah  dari  kantin,  bau minyak wangi dan pengharum ruangan yang terlalu menyengat.
3.  Gangguan  kesehatan  yang  dirasakan  karyawan  berurutan  dari yang terbanyak adalah iritasi kulit (75,28 %), iritasi mata (74,36 %),
iritasi  hidung  (73,03  %),  gangguan  saraf  (66,29  %),  gangguan saluran pernafasan (46,07 %), mual (21,35 %).
4.  Kelembaban udara dan kecepatan aliran udara di lokasi penelitian melebihi  Standar  Baku  Mutu  Kep.Men.Kesehatan  RI  No :  261/ MENKES/SK/II/1998, sedangkan untuk  suhu udara ruangan masih berada   pada   suhu   nyaman   kerja   yang   berarti   tidak   melebihi Standar  Baku  Mutu  Keputusan   Menteri  Kesehatan  RI  N o:  261
/MENKES/SK/II/1998.
5.  Jumlah  total  koloni  kuman  di  lokasi  penelitian  melebihi  Standar Baku Mutu Kep.Men.Kesehatan RI No : 261 /MENKES/SK/II/1998. Sedangkan  jumlah  total  koloni  jamur  di  lokasi  penelitian  masih berada di bawah standar NH dan MRC.
6.  Dari  hasil  perhitungan  regresi  logistik  diperoleh  variabel  yang berpengaruh  (p  =  0.048)  terhadap  gangguan  kesehatan  berupa iritasi  hidung  adalah  jamur  dan  variabel  yang  berpengaruh  (p  =
0.020) terhadap gangguan kesehatan berupa mual adalah kuman, sedangkan   variabel   yang   lain   tidak   berpengaruh   (p   >   0.05) terhadap gangguan kesehatan.
Saran
1.  Memberdayakan  seluruh   manajer   dan   pekerja/karyawan  untuk meningkatkan   kebersihan   lingkungan   kerja   melalui   penataan ruangan  kerja,  penataan  arsip  dan  berkas  dalam  lemari sesudah bekerja,    dan    kebersihan    peralatan    kerja    termasuk    budaya membersihkan  ruangan  setiap  hari  dan  perangkat  AC  secara berkala.
2.  Pemeriksaan kualitas  udara dalam ruangan secara berkala sesuai parameter  kualitas  udara  (kualitas  fisik,  kimia ,  dan  mikrobiologi) agar tercipta lingkungan kerja yang sehat.
3.  Monitoring   kesehatan   dengan   pemeriksaan   kesehatan   secara berkala  untuk  mengetahui  sejak  dini  gangguan  ke sehatan  yang terjadi
4.  Perlu  dilakukan  penelitian  lanjutan  tentang  jenis  mikroorganisme patogen  yang  ada  di  ruangan  mengingat  jumlah  koloni  kuman yang melebihi standar baku mutu dan banyaknya karyawan yang mengalami   gangguan   kesehatan,   sehingga   dapat   ditetap kan standar baku mutu kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan.
5.  Lebih   ditingkatkan   kualitas   perawatan   AC   mengingat   masih banyaknya gangguan kesehatan yang dialami karyawan.
6.  Disediakan   ruangan   khusus   untuk   karyawan   yang   merokok dilengkapi dengan Local Exhaust Ventilation

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More